Selasa, 11 Juni 2013

Tugas Minggu Keenam Softskill



PEMBANGUNAN TERLANJUTKAN (SUSTAINABLE DEVELOPMENT)

1. Imbang Korban Pertumbuhan Ekonomi-Kualitas Lingkungan Hidup
    a. Konsep Dasar
- Sumber Daya Ekonomi
Unsur lingkungan hidup yang ada dalam diri dan di luar diri pribadi manusia yang dapat secara riil atau  potensial  bermanfaat untuk aktivitas produksi barang dan jasa, dalam rangka peningkatan kualitas hidup manusia,secara individu maupun kolektif.
- Sumber Daya Alam
Sumber Daya yang terbentuk karena kekuatan alamiah. Terdiri dari SDA yang dapat diperbarui dan SDA yang tidak dapat diperbarui.
- Lingkungan Hidup
Kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan mahluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan kehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya.

    b Pertumbuhan Ekonomi dan Eksploitasi Sumber Daya Alam
- Untuk meningkatkan output, eksploitasi SDA harus ditingkatkan. Jika target pertumbuhan ekonomi makin tinggi, maka eksploitasi SDA harus lebih ditingkatkan. Hal ini menyebabkan stok SDA, khususnya SDA tak terbarui akan terus berkurang.
- Pengaruh eksploitasi SDA terhadap stok SDAT (Sumber Daya Alam Terbarui) dan SDATT
  1. Kemajuan teknologi hanya menurunkan laju kecepatan pengurangan stok.
  2. Kemajuan teknologi bisa dimanfaatkan untuk pelestarian SDAT dan memulihkan SDAT yang telah rusak, namun kemajuan teknologi juga dapat membuat eksploitasi SDAT meningkat, maka stok akan menurun cepat, bahkan habis atau punah.

    c. Pertumbuhan Ekonomi dan Penurunan Kualitas Lingkungan
Dengan adanya pertumbuhan ekonomi yang mengeksploitasi SDA secara berlebihan, akan mengakibatkan menurunnya kualitas hidup manusia. Hal ini dikarenakan menurunnya kualitas hidup, misalnya polusi, sulit memperoleh air bersih, memanasnya suhu bumi atau biasa kita kenal dengan global warming. Selain itu, industrialisasi juga mengakibatkan hujan asam dan membuat tipisnya lapisan pelindung bumi yaitu lapisan ozon.

2. Masalah-Masalah di Masa Mendatang
    a. Kemiskinan
    b. Dampak Kemajuan Teknologi Yang Mendua
Selain kemajuan teknologi dapat meningkatkan efisiensi penggunaan SDA dengan cara penghematan penggunaan dan pemulihan stok SDA, kemajuan teknologi di sisi lain juga meningkatkan kemampuan produksi manusia berkali-kali lipat. Jika aktivitas produksi tersebut tidak dibatasi, jumlah absolut SDA yang tereksplorasi meningkat tajam.
    c. Kekuatan Monopoli
Monopoli dibedakan menjadi dua, yaitu monopoli karena undang-undang dan monopoli ilmiah.
Monopoli karena undang-undang adalah hak monopoli yang diberikan untuk mengeksploitasi SDA, misalkan hutan demi kegiatan produksi. Namun banyak yang sudah menebang tetapi tidak mau menanam kembali.
Monopoli alamiah adalah hak monopoli yang dilakuakn oleh negara-negara maju untuk mengeksploitasi SDA yang dimiliki oleh NSB atau LDC yang penegakkan hukumnya masih rendah.

3. Pembangunan Terlanjutkan
   a. Definisi dan Pengertian
Pembangunan yang memenuhi kebutuhan masa kini tanpa mengurangi kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri. Artinya, generasi sekarang tetap dapat menikmati kekayaan bumi secara adil tanpa harus mengorbankan kepentingan generasi mendatang.
   b. Perhitungan PDB Berdasarkan Konsep Pembangunan Terlanjutkan
PNN = PNB - Dm - Dn atau
PNN = PNB - Dm - Dn - RA - A
PNN: Produk Nasional Netto yang terlanjutkan
PNB: Produk Nasional Bruto
Dm: Depresiasi barang modal
Dn: Depresiasi sumber daya lingkungan
RA: Pengeluaran yang dibutuhkan untuk memulihkan sumber daya lingkungan
A: Pengeluaran yang dibutuhkan untuk mecegah kerusakan lingkungan

Dengan adanya konsep pembangunan terlanjutkan, akan diperoleh berkurangnya output:
 1. Makin sehat lingkungan akan mengurangi biaya pemeliharaan kesehatan,
 2. Makin kecilnya distorsi pasar akibat berkurangnya eksternalitas yang merugikan masyarakat,
 3. Meningkatkan efisiensi perusahaan,
 4. Memperbaiki akses masyarakat terhadap pemanfaatan SDA dan lingkungan,
 5. Memperbaiki distribusi pemnfaatan SDA antargenerasi.

Kelompok 2:
Adelia Larasati          (20212145)
Fathria Dwi Utami    (22212801)
Nancy Olivia              (25212228)
Triana Dewi Kartika            (27212468)

Tugas Minggu Kelima Softskill



Pengantar Ekonomi Pembangunan
1.       PENGERTIAN & RUANG LINGKUP EKONOMI PEMBANGUNAN  
Dari sudut pandang Ilmu Ekonomi, pembangunan ekonomi pada dasarnya adalah upaya untuk memperluas kemampuan dan kebebasan memilih. Tercapainya hal tersebut merupakan indikator bahwa manusia secara individu maupun kolektif dapat meningkatkan utilitas atau kualitas hidupnya. Karenanya yang paling penting dibangun adalah :
a.       Kualitas SDM (Sumber Daya Manusia)
b.      Sarana dan Prasarana
c.       Kelembagaan-kelembagaan ekonomi modern.

Pembangunan ekonomi itu merupakan proses antar generasi. Apa yang dirintis oleh generasi
sekarang, akan dinikmati oleh generasi yang akan datang. Target pembangunan yang ingin dicapai, dan kebijakan ekonomi yang dirancang harus berdasarkan prinsip efisiensi.

2.       BERKEMBANGNYA TEORI EKONOMI PEMBANGUNAN
a.       Klasifikasi negara-negara
-          Negara Maju
-          Negara Belum Maju
-          Negara Berkembang
b.      Fakta-fakta Berdasarkan Laporan Badan-badan PBB
Tolak ukur yang dikembangkan untuk mengukur tingkat kemiskinan masyarakat, yaitu:
-          Tolak ukur kemiskinan Absolut
-          Kebutuhan Fisik Minimum
-          Indeks Kemiskinan yang Berlaku Bagi NSB
-          Badan Pusat Statistik
c.       Hakikat Pembangunan
Ada 3 elemen penting, yaitu :
-          Proses
Pembangunan merupakan sebuah tahap yang harus dijalani oleh setiap mayarakat atau bangsa.
-          Upaya
Pembangunan merupakan tindakan aktif yang harus dilakukan oleh suatu negara atau bangsa yang ingin maju.
-          Peningkatan Kualitas Hidup
Suatu bangsa dapat dikatakan baik kualitas hidupnya bila individu-individu dalam bangsa atau masyarakat tersebut sangat menghargai atau menikmati hidupnya.
d.      Hakikat Pembangunan Ekonomi
Pembangunan ekonomi = Pertumbuhan ekonomi + Perubahan-perubahan
Perubahan-perubahan yang dimaksud meliputi :
Perubahan sikap, Perubahan kelembagaan, perubahan struktural
3.       Karakteristik Negara Sedang Berkembang
a.       Rendahnya Tingkat Kehidupan
b.      Rendahnya Tingkat Produktifitas
c.       Tingginya Tingkat Pertambahan Penduduk
d.      Tingginya Rasio Tingkat Ketergantungan
e.      Tingginya Tingkat Pengangguran
f.        Ketergantungan Pada Sektor Pertanian Primer
g.       Masa dan Informasi yang Tidak Sempurna
h.      Ketergantungan yang besar dan Kerentanan Terhadap Kondisi Eksternal

4.       Masalah dan Kebijakan Ekonomi di Negara-negara yang Sedang Berkembang
a.       Permintaan dan Penawaran Agregat
b.      Kebijakan Pembangunan
c.       Utang Luar Negri
d.      Rasio Beban Utang Luar Negri
5.       Teori-teori Ekonomi Pembangunan
a.       Teori Adam Smith
Pembangunan ekonomi sebagai proses pertumbuhan ekonomi dan perkembangan ekonomi dengan memanfaatkan ekonomi pasar.
b.      Teori Malthus
Pertumbuhan penduduk yang menurut deret ukur sementara pertumbuhan pangan menurut deret hitung, menyebabkan perekonomian untuk generasi mendatang cenderung suram.
c.       Teori Karl Marx
Proses kemajuan Ekonomi sebagai proses evolusi sosial. Faktor pendinamis perkembangan ekonomi adalah kemajuan teknologi.
d.      Teori Rostow
Perekonomian akan berkembang menjadi perekonomian yang maju melalui tahap perekonomian tradisional, tahap pra-lepas landas, tahan lepas landas, tahap kedewasaan, dan tahap konsumsi massa tingkat tinggi.
e.      Teori Neo Imperialisme
f.        Teori Lewis
Pertumbuhan dan perkembangan ekonomi suatu negara dapat dilakukan dengan meningkatkan pertumbuhan sektor Industri
g.       Teori Pembangunan Neo Klasik.
Kelompok 2:
Adelia Larasati
Fathria Dwi Utami
Nancy Olivia
Triana Dewi Kartika

Minggu, 09 Juni 2013

Tugas Minggu Ketiga Softskill



Produksi Industri Berbasis Ekspor Melorot
JAKARTA-Meskipun secara keseluruhan produksi manufaktur pada tahun lalu naik 4,12%, kinerja beberapa sektor berbasis ekspor mengalami kontraksi akibat krisis ekonomi global serta masalah regulasi dan buruh di dalam negeri.
Badan Pusat Statistik mencatat produksi sejumlah sektor industri yang mengandalkan eskpor turun pada tahun lalu, seperti logam dasar, tekstil, mesin dan perlengkapnnya, furnitur, produk kertas, barang kerajinan, percetakan, dan minuman.
Ade Sudrajat, Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), mengungkapkan penurunan produksi industri tekstil yang mencapai 8,32% lebih disebabkan oleh regulasi dan permasalahan di dalam negeri daripada dampak krisis global.
"Memang krisis ekonomi di Eropa berdampak, tetapi masalah internal seperti adanya regulasi yang membatasi kinerja ekspor dan masalah buruh juga menjadi penyebabnya," ujarnya kepada Bisnis, Minggu (3/2).

Data BPS memperlihatkan secara kumulatif nilai ekspor Indonesia pada tahun lalu mencapai US$190,04 miliar atau turun 6,61% dibandingkan dengan periode yang sama 2011, sementara ekspor nonmigas US$153,07 miliar atau turun 5,52%.
Berdasarkan sektor, ekspor hasil industri pada Januari-Desember 2012 turun 4,95% dibandingkan dengan periode yang sama 2011. Adapun, ekspor hasil tambang dan lainnya turun 9,57% dan ekspor hasil pertanian naik 7,98%. Ade menjelaskan pemberlakuan
Peraturan Menteri Keuangan No.PMK 253 Tahun 2011 yang mengatur Kemudahan Impor Tujuan Ekspor (KITE) menyebabkan kinerja industri TPT menurun.
Dalam aturan tersebut, eksportir TPT harus membayar pajak pertambahan nilai (PPn) di muka dan membuat proses restitusi pajak semakin lama sehingga mengganggu permodalan industri.
Aturan tersebut, tuturnya, juga mengakibatkan pengusaha TPT kesulitan mendapatkan restitusi pajak dan tidak boleh melimpahkan pesanan kepada subkontraktor sehingga pengusaha kesulitan memenuhi permintaan dari luar negeri. "Masalah dalam negeri ini yang lebih banyak menghambat pertumbuhan industri TPT," katanya.
Selain itu, lanjut Ade, pengusaha kesulitan untuk memasarkan produk di dalam negeri karena melonjaknya impor, terutama dari China, sehingga produk lokal kehilangan daya saing.
Pada tahun lalu juga terjadi masalah perburuhan yaitu tuntutan penaikan upah minimum provinsi melalui unjuk rasa buruh yang menyebabkan beberapa perusahaan sempat berhenti produksi.
MELEMAH
Ambar Tjahyono, Ketua Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo), mengatakan perkiraan ekspor produk furnitur pada tahun lalu memang melemah dan hanya mencatat US$1,75 miliar akibat krisis ekonomi global.
"Ekspor ke Eropa tidak bisa diandalkan sepenuhnya karena kondisi ekonomi global sedang menurun. Tahun ini, kami akan
mencoba membuka pasar baru di Asia Tenggara, Afrika, Timur Tengah, dan Asia," ujarnya.
Haris Munandar, Kepala Pusat Pengkajian Kebijakan Iklim dan Mutu Industri Kementerian Perindustrian, mengatakan penurunan produksi manufaktur pada tahun lalu juga disebabkan banyak pengusaha belum memulai produksi komersial walaupun telah menambah investasi.
Investasi di sektor logam, mesin, dan elektronik, contohnya, mencapai US$2,4 miliar pada tahun lalu, naik 38,3% dibandingkan dengan 2011. Namun, di sisi lain, industri logam dasar dan mesin mengalami penurunan produksi masing-masing 8,4% dan 8,3%.
"Memang investasi pada tahun lalu di sektor manufaktur melonjak. Jika ada penurunan produksi, faktor lainnya adalah karena belum mulai produksi komersial saja," katanya.
sumber : Bisnis Indonesia

Komen:
Fathria Dwi Utami
masalah produksi industri berbasis ekspor melorot bukan hanya disebabkan oleh krisis global, tetapi juga masalah di dalam negeri contohnya adalah kebijakan pemerintah atau masalah regulasi, produk lokal kalah bersaing dengan produk impor, dan masalah buruh yang meminta kenaikan upah. Seharusnya pemerintah melihat kondisi terlebih dahulu dalam membuat kebijakan, agar kebijakan tersebut berdampak baik untuk para pengusaha di sekor industri, bukannya malah memberatkan mereka. Sehingga para pengusaha bisa memperlancar bisnis ekspor mereka. Semakin banyak ekspor justru lebih baik bagi perekonomian dibandingkan dengan lebih banyak impor barang. Dan juga membuat produk lokal tidak kalah bersaing dengan produk impor.

Adelia Larasati
Peraturan Menteri Keuangan No.PMK 253 Tahun 2011 yang mengatur Kemudahan Impor Tujuan Ekspor (KITE) menyebabkan kinerja industri TPT menurun.
Dalam aturan tersebut, eksportir TPT harus membayar pajak pertambahan nilai (PPn) di muka dan membuat proses restitusi pajak semakin lama sehingga mengganggu permodalan industri. Hal ini akan berpengaruh juga pada penerimaan negara nantinya. Karena tujuan dari suatu kegiatan produksi, barangnya tidak hanya akan dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia saja, namun juga akanh di ekspor ke beberapa negara lain. Apabila peraturan menteri keuangan itu akan tetap berlaku, kinerja industri akan menurun, dan penerimaan negara pun ikut menurun.

Triana Dewi Kartika
Produksi Indonesia dibeberapa sektor berbasis ekspor mengalami kontraksi akibat beberapa factor, antara lain factor adanya regulasi yang membatasi kinerja ekspor misalnya pemberlakuan Peraturan Menteri Keuangan No.PMK 253 Tahun 2011 yang mengatur Kemudahan Impor Tujuan Ekspor (KITE) menyebabkan kinerja industri TPT menurun.
Dalam aturan tersebut, eksportir TPT harus membayar pajak pertambahan nilai (PPn) di muka dan membuat proses restitusi pajak semakin lama sehingga mengganggu permodalan industri.
Aturan tersebut juga mengakibatkan pengusaha TPT kesulitan mendapatkan restitusi pajak dan tidak boleh melimpahkan pesanan kepada subkontraktor sehingga pengusaha kesulitan memenuhi permintaan dari luar negeri. Karena kemudahan impor juga pengusaha menjadi kesulitan untuk memasarkan produknya di dalam negeri karena melonjaknya barang impor, terutama dari China, sehingga produk lokal kehilangan daya saing. Factor lain timbul dari pekerjanya (buruh) ini terbukti pada saat tahun lalu terjadi masalah perburuhan yaitu tuntutan penaikan upah minimum provinsi melalui unjuk rasa buruh  menyebabkan beberapa perusahaan sempat berhenti produksi.
Nancy Olivia
Produksi industri di Indonesia kian hari kian menurun tajam, kita bisa liat dari tahun lalu dan berkembang ke tahun-tahun berikutnya, ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya penurunan hasil produksi indusri dalam negeri seperti : pengusaha kesulitan memproduksi barang di dalam negeri karena banyaknya impor dari berbagai Negara, khusus nya Cina sehingga produk local kehilangan daya saing, dan faktor lainnya juga adalah masalah perburuhan yaitu penuntutan upah minimum provinsi melalui unjuk rasa buruh yang menyebabkan beberapa perusahaan berhenti produksi. Ada juga yang perpendapat bahwa penurunan hasil produksi industri dalam negeri dikarenakan akibat krisis ekonomi global, dan belum memulai produksi komersial saja.